Kapitalisme Religius

Pak Rizal Malarangeng penah menulis: "Dulu orang menganggap bahwa perdagangan itu membuat orang serakah, materialistis, dan sebagainya. Tetapi, kata Montesquieu, sebelum tumbuhnya sistem perdagangan atau pertukaran modern, yang terjadi justru adalah perang suku, perang etnis, perang agama. Orang jadi terkucil oleh perbedaan-perbedaan yang bersifat nilai dan keyakinan. Tetapi di pasar, di mana ada penjual dan pembeli, yang penting harganya cocok. Entah penjualnya orang Arab, Yahudi, atau Cina, kalau harganya cocok kita beli."

Perkembangan hari ini seiring dengan semakin membuminya ekonomi pasar di Indonesia, semakin banyak yang berminat untuk menjadi enterpreneur. Lihat saja di kalangan mahasiswa, banyak sekali pelatihan enterpreneurship, motivator yang mendorong untuk menjadi enterpreneur, atau buku-buku enterpreneur seperti buku Ippho Santosa dkk. Kalau kita menggunakan pendapat Montesquie di atas, perkembangan ini positif.

Dalam kaca mata Islam pun rasa-rasanya baru dekade ini banyak yang mengelaborasi profesi Rasulullah adalah pedagang, Abdurrahman bin Auf itu milyarder, Rasulullah itu kaya, sahabat juga kaya. Enterpreneurship semakin mendapat legitimasinya dalam pandangan agama.

Posting Komentar untuk "Kapitalisme Religius"