Ada berita yang menarik akhir-akhir ini, yakni tentang pengakuan Sultan Hamengkubuwono X bahwa kesultanan Yogyakarta dahulu merupakan bagian dari kekuasaan Turki Usmani. Hal ini tentu saja menjadi amunisi tambahan bagi orang-orang yang memperjuangkan formalisasi syariat Islam atau revivalisasi khilafah Islam. Pengakuan sultan tersebut bisa menjadi argumen bahwa khilafah sebenarnya bukan sesuatu yang asing bagi muslim nusantara.
Namun ada sebagian pihak yang juga yang iseng lalu nyeletuk, loh, kalau Sultan adalah bagian dari khilafah, kenapa Hizbut Tahrir tidak langsung saja berbaiat kepada sultan Hamengkubuwono? Pihak HTI menanggapi hal ini, mereka menyatakan bahwa khilafah bukan monarki seperti yang dianut oleh keraton Yogyakarta sekarang. Ini juga menjadi alasan kenapa HTI tidak menganggap kerajaan saudi itu Islami, alasannya karena negara Saudi itu monarki.
Lalu saya berfikir memangnya Kerajaan Turki Usmani itu bukan monarki? Dalam ulasan wikipedia Turki Usmani menganut monarki, sebagian besar pemerintahannya dihabiskan dalam monarki absolut dan sebagian lagi monarki konstitusional. Yang menjadikan saya aneh mengapa HTI menyebut Dinasti Usmani sebagai khilafah usmani? Kenapa bukan kerajaan Usmani? Kalau mau konsisten menolak monarki sebagai sebuah sistem yang tidak islami, maka konsekuensi logisnya adalah dinasti muawiyah, dinasti abbasiyah, dinasti turki usmani dan dinati-dinasti kecil yang lainnya janganlah disebut khilafah, karena sistem mereka monarki. Namun cukup disebut kerajaan atau dinasti saja, yang tentu sistemnya sama dengan keraton yogyakarta.
HTI pun sering mengagungkan Sultan Muhammad Al Fatih atau Sulaiman Al Qanuni dari monarki Turki Usmani. Mengapa 2 tokoh itu dipuji-puji padahal mereka tidak menganut monarki? Mengapa raja saudi sekarang Salman bin Abdul Aziz dikritik karena menganut monarki?
Saya pribadi pun tidak sepakat dengan sistem monarki, saya pribadi lebih suka dengan sistem demokrasi liberal. Tentu saya faham mengapa HTI menolak monarki, dalam hadits khilafah sistem khilafah ala minhaj nubuwwah adalah masa khulafa rasyidin, dan itu bukan monarki. Masa pasca khulafa rasyidin disebut mulkan addhan yang berarti sistem monarki. Setelah masa monarki ini akan muncul kembali khilafah ala minhajin nubuwwah seperti zaman khulafa rasyidin, inilah yang dicita-citakan HTI. Namun sayangnya mulkan addhan ini masih sering kita sebut khilafah dan dibangga-banggakan disatu sisi, tapi dianggap tidak islami di sisi yang lain.
mengapa HTI menyebut Dinasti Usmani sebagai khilafah usmani? Kenapa bukan kerajaan Usmani?,,,mau tau jawabanya...coba tanyakan ke sybab HTI terdekat,,:)
BalasHapus