Persyarikatan Muhammadiyah terlepas dari berbagai kekurangannya adalah organisasi yang besar. Indikator sederhananya Muhammadiyah sudah ada di semua provinsi dan banyak kabupaten. Ribuan amal usahanya berdiri kokoh membantu kerja-kerja pemerintah. Kader dan warganya tersebar dalam berbagai lini kehidupan.
Saya yakin kalau dulu KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah untuk tujuan jangka pendek dan duniawi, Muhammadiyah tidak akan sebesar sekarang. Saya yakin kalau KH. Ahmad Dahlan memanfaatkan Muhammadiyah untuk mencari-cari dana dari kompeni dan masyarakat, lalu uangnya masuk kantongnya sendiri, Muhammadiyah pasti sudah mati sejak dulu. Saya yakin kalau KH. Ahmad Dahlan memanfaatkan Muhammadiyah untuk mencari posisi yang strategis di pemerintahan lalu setelah dapat Muhammadiyah dilupakan, mungkin hari ini Muhammadiyah akan punah.
Namun ternyata Muhammadiyah masih ada sampai sekarang, berarti KH. Ahmad Dahlan tidak melakukan hal-hal tersebut. Sebaliknya yang dilakukan beliau adalah apa yang beliau punya diberikan untuk persyarikatan Muhammadiyah. Pernah suatu hari KH. Ahmad Dahlan mengumpulkan orang-orang agar membeli perabotan rumah tangganya. Beliau melakukannya karena uang kas kosong sementara guru-guru belum digaji. Mungkin sulit bagi kita melakukan seperti Kyai Dahlan, namun setidaknya jangan mengambil sesuatu yang seharusnya menjadi hak persyarikatan, jangan menjadikan persyarikatan sebagai sapi perahan untuk kepentingan pribadi.
Lalu maksud kisah tersebut bukan berarti saat kita berMuhammadiyah sama sekali gak boleh mendapat sesuatu. Kalau memang kita bekerja dan berkontribusi di AUM atau menjadi tenaga profesional di sekretariat, tentu berhak mendapat gaji. Namun jangan berharap bisa jadi kaya lewat Muhammadiyah, niatkan memang untuk mengabdi. Tentu alasan mengabdi pun bukan berarti gajinya harus kecil, ya gaji proporsional saja sesuai dengan kinerja karyawan dan kapasitas AUM. Kalau mau kaya ya buat usaha sendiri, kalau usahanya sudah maju dan keuntungannya banyak, zakatnya salurkan via LAZISMU dan kalau ada kegiatan Muhammadiyah atau ortom ikut menyumbang. Ini jauh lebih baik daripada berharap melalui Muhammadiyah kita akan menjadi kaya raya.
Saya mengharapkan ke depan PWM, PDM, PCM bahkan PRM di seluruh Jawa Barat diisi oleh orang-orang dengan etos Kyai Dahlan. Orang-orang yang secara dapur sudah beres dan tidak serakah. Saat persoalan dapur sudah beres mudah-mudahan fikirannya bisa fokus untuk memajukan persyarikatan, karena baik diri sendiri dan keluarga sudah selesai. Namun ternyata banyak juga yang sebenarnya secara dapur sudah beres namun masih kesana kemari mencari sesuatu yang bukan haknya. Apa sebutan yang pantas bagi yang seperti itu kalau bukan tamak?
Jika Muhammadiyah hari ini diisi oleh orang-orang dengan orientasi, etos dan kreatifitas ala Kyai Dahlan, masa depan Muhammadiyah akan cerah. Namun jika masih banyak yang memanfaatkan Muhammadiyah untuk memperkaya diri, rasa-rasanya agak sulit berharap Muhammadiyah akan menjadi gerakan pencerahan. Bagaimana mau mencerahkan orang lain, di dalamnya saja sudah suram. Kata pepatah Arab, faaqidusyay'i laa yu'thii, orang yang gak punya sesuatu tidak akan bisa memberi sesuatu.
Saat orientasi dan integritas para pimpinan sudah beres, maka akan lebih mudah dalam menyusun dan mengeksekusi pola gerakan Muhammadiyah dalam konteks kekinian. Hari ini Muhammadiyah Jawa Barat bukan kekurangan orang pintar, Muhammadiyah Jawa Barat isinya orang-orang intelek semua. Soal penguasaan terhadap wacana-wacana keilmuan dan gerakan sudah tidak perlu ditanya lagi. Hanya dalam eksekusi kita tertinggal, karena belum apa-apa orientasinya sudah tidak murni.
Maka dari itu masih relevan kiranya konsep tajdid diterapkan dalam diri Muhammadiyah sendiri. Ada dua dimensi tajdid yakni purifikasi dan dinamisasi. Namun dalam konteks ini yang saya maksud dengan purifikasi bukanlah pemurnian fikih, melainkan pemurnian kembali orientasi dan niat kita dalam ber-Muhammadiyah. Sementara yang dimaksud dinamisasi Muhammadiyah harus melakukan inovasi dan terobosan yang dilahirkan dari kreatifitas dalam menjawab tantangan kekiniaan. Jika dua hal ini diterapkan mudah-mudahan Muhammadiyah Jawa Barat akan lebih maju lagi.
Posting Komentar untuk "Harapan untuk Muhammadiyah Jawa Barat"