Ukhuwah sebagai Misi Kekhalifahan Manusia


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اعوذبالله من الشيطان الر جيم
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.

Hadirin Jama’ah Shalat Jum'at yang dimuliakan Allah swt.
Diceritakan dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 30. bahwa Allah swt. memberitahu malaikat bahwa Dia akan menciptakan khalifah di muka bumi yaitu Adam. Mendengar hal itu malaikat ternyata tak menerima begitu saja, namun mengajukan sebuah pertanyaan. "Wahai Allah, apakah Engkau hendak menjadikan di atas muka bumi makhluk yang membuat kerusakan dan menumpakan darah?" Mendengar hal itu lalu Allah swt. menjawab bahwa Dia mengetahui apa yang malaikat tak ketahui. Setelah itu Allah swt mengajarkan nama-nama benda kepada Adam, suatu hal yang tak diajarkan Allah kepada para malaikat. Melihat hal itu malaikat pun faham kenapa Adam dijadikan Allah swt. sebagai khalifah. Kemudian malaikat bersedia untuk bersujud sebagai penghormatan terhadap Adam. Manusia dibekali oleh Allah swt. akal fikiran yang dengannya dapat membedakan baik dan buruk. Akal fikiran menjadi bekal agar manusia dapat memakmurkan bumi sebagai tugas utama kekhalifahan, bukan malah berbuat kerusakan dan menumpahkan darah.
Namun ternyata ada yang iri dengan Adam lantas tak mau bersujud, dialah Iblis. Akibat dari pembangkangannya kepada Allah swt, Iblis pun diusirAllah dari surga. Namun Iblis meminta kepada Allah agar dapat menjerumuskan Adam dan anak cucunya untuk bersama-sama kelak menemaninya di neraka. Benar saja Iblis berhasil menggoda Adam dan istrinya Hawa sehingga Adam dan Hawa harus turun dari surga ke bumi. Setelah terjebak oleh godaan Iblis, Adam memohon ampun dan bertaubat dari kesalahannya, Allah swt. menerima permohonan ampun Adam. Kini giliran anak dan cucu Adam yang akan senantiasa digoda Iblis sampai akhir zaman. Misi terbesar Iblis adalah menggagalkan tugas kekhalifahan manusia yaitu memakmurkan muka bumi. Caranya adalah membuat manusia berbuat kerusakan di muka bumi dan  menumpahkan darah sesama manusia. Hal ini pertama kali berhasil saat Qabil membunuh saudaranya Habil yang merupakan peristiwa pembunuhan pertama dalam sejarah umat manusia. Kemudian setelahnya terus menerus peristiwa pertumpahan darah berlanjut sepanjang zaman.
Hadirin Jama’ah Shalat Jum'at yang dimuliakan Allah swt.
Dari kisah di atas kita bisa mengambil hikmah bahwa pertumpahan darah antar sesama manusia adalah hal yang sangat tidak islami dan merupakan upaya Iblis untuk menyesatkan manusia. Sebaliknya Allah swt. menyuruh kita untuk saling menyambungkan tali silaturahim dengan sesama kita. Hal ini disebutkan dalam Surat An Nisa ayat 1 seperti yang sudah khatib bacakan pada pembukaan khutbah.
“Hai manusia bertakwalah kamu sekalian kepada telah menciptakan kamu sekalian dari satu jiwa (Adam), dan menciptakan pasangannya (Hawa). Lalu menyebarlah dari keturunan keduanya banyak laki-laki dan perempuan. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengannya kamu saling membutuhkan dan menyayangi.Sesungguhnya terhadap kalian Allah Maha Mengawasi.”
Kalimat pertama yang mengawali ayat di atas adalah “Hai Manusia”. Hal ini menunjukan bahwa seruan ayat ini adalah untuk seluruh manusia secara universal. Setelah itu ayat ini menegaskan bahwa seluruh manusia pada dasarnya adalah satu nenek moyang. Oleh karena itu maka sesama manusia saling membutuhkan dan harus saling menyayangi. Ayat inilah landasan dari yang kta sebut dengan silaturahim. Dalam hadits pun Abu Sa’id al Khudy menceritakan bahwa Nabi Muhammad saw. pernah bersabda, barang siapa yang tak menyayangi, maka dia tak kan disayangi. Dalam hadits lain disebutkan, sayangilah penduduk bumi, niscaya penduduk langit akan menyayangimu.
Namun faktanya umat manusia terkadang terjebak dengan sekat-sekat primordial berupa suku, agama, ras dan golongan. Sekat primordial ini saat dipadukan dengan egoisme dan kepentingan tak jarang melahirkan konflik. Kita bisa lihat dari sejarah terdahulu, betapa banyak korban harta dan jiwa yang berjatuhan diakibatkan oleh peperangan. Bahkan di zaman modern ini terkadang masih terjadi tragedy yang menyayat hati. Kita ambil contoh konflik antar agama di Maluku dan Poso beberapa tahun yang lalu. Ada pula konflik antar sekte di Sampang yang baru-baru terjadi.
Hadirin Jama’ah Shalat Jum'at yang dimuliakan Allah swt.
Sebenarnya jika kita benar-bear menghayati spirit Surat An Nisaa ayat 1, pertumpahan darah tak seharusnya terjadi. Dunia akan damai karena persaudaraan universal kan tercipta. Namun terkadang manusia salah dalam memaknai perbedaan. Perbedaan dianggap hal yang tidak baik, padahal perbedaan adalah yang membuat dunia ini lebih berwarna dan sebuah keniscayaan dari Tuhan.
Allah swt. berfirman dalam surat Al Hujurat ayat 13:
“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan dr jenis kelamin laki-laki dan perempuan lalu menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti.”
Perbedaan bukanlah bencana, perbedaan dicipakan agar kita bisa saling mengenal satu sama lain. Perbedaan bangsa dan suku adalah sebuah keniscayaan, namun walau berbeda sesama manusia harus tetap bersaudara karena mempunyai nenek moyang yang sama. Hal ini disebut dengan persaudaraan kemanusiaan (al ukhuwwah al basyariyyah).
Memang di tengah laju modernitas ini, justru bermunculan kelompok-kelompok yang anti terhadap perbedaan dan ekslusif. Mereka menganggap bahwa kebenaran hanya milik mereka, sementara selain mereka adalah kafir, sesat, bid’ah dll. Dalam bentuk paling ekstrem kelompok ini menjelma menjadi gerakan yang menakutkan karena menghalalkan terorisme dalam mencapai tujuannya. Beberapa waktu yang lalu terjadi dua kejadian bom bunuh diri di Jalan Thamrin Jakarta dan di Mapolresta Solo. Pelakunya jelas terinspirasi dari ideology intoleran yang selama ini mereka pelajari.
Ideologi inilah yang disenangi oleh Iblis, karena dari ideology smacam ini manusia tidak akan merasa bersalah saat berbuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah. Sejak masa nabi sudah ada orang-orang semacam ini misalnya yang bernama Dzul Khuwaisirah. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim diceritakan pada bulan 8 hijriyah, Rosul menang dalam peperangan Tha’if dan Hunain. Dalam perang tersebut, uamt islam mendapat banyak harta rampasan “ghanimah” dan pembagian dilakukan di Ja’ranah, sahabat yang utama seperti, Abu Bakar, Umar,Ustman, Ali, tidak mendapatkannya, tetapi sahabat yang baru masuk islam, mendapat harta rampasan lebih banyak, seperi Abu Sufyan. 
Tiba-tiba datanglah seorang bernama Dzul khuwaishirah ini, dan membentak kepada Nabi, dengan sebutan “Berlaku adillah hai Muhammad !” Nabipun berkata, “ Celakalah kamu siapa yang akan berbuat adil jika aku saja tidak dianggap adil !” Lantas Umar berkata, “ Wahai rasulullah, biarkan saja kupenggal lehernya!. “Nabi menjawab,” Biarkan saja. Setelah berlalau Dzul khuwaishirah tadi, Rosul bersabda akan lahir dari keturunan ini, orang sok membaca Al-Qur’an tipi tidak melewati kerongkongannya, mereka keluar dari islam bagaikan anak busur panah yang menembus binatang buruannya. 
Ali bin Abi Thalib pun dibunuh oleh seorang yang bernama Ibnu Muljam. Pembunuh Ali bukanlah orang yang jahat, namu orang yang secara individual sangat saleh. Namun dalam pemikiran Ibnu Muljam terapat pemahaman yang intoleran, sehingga mengakibatkan dia berani untuk membunuh khalifah ke-4 ini.
Hadirin Jama’ah Shalat Jum'at yang dimuliakan Allah swt.
Kebencian harus dikalahkan dengan cinta, permusuhan harus dikalahkan dengan persaudaraan. Menanggapi maraknya ideologi-ideologi intoleran di Indonesia, kita pun harus mengkampanyekan ideology perdamaian dan persaudaraan. Di tangan kaum intoleran, ukhuwah hanya menjadi lips service, atau hanya berlaku untuk kelompoknya saja. Jangankan dengan yang berbeda agama, dengan yang berbeda sekte seperti sunni dan syiah saja mereka berkonflik. Jangankan dengan yang berbeda sekte, dengan yang masih satu sekte namun beda mazhab mereka berkonflik. Padahal dalam Surat Al Hujurat ayat 10 Allah swt. Berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara, maka damaikanlah antara mereka jika berkonflik, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu disayangi.”
Lalu dalam hadits diceritakan bahwa "Rasulullah SAW bersabda: Seorang muslim itu adalah saudara muslim yang lain. Oleh sebab itu, jangan menzdalimi dan meremehkannya dan jangan pula menyakitinya." (HR. Ahmad, Bukhori dan Muslim)
Baarakallahu lii wa lakum
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمِّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Hadirin Jama’ah Shalat Jum'at yang dimuliakan Allah swt.
Pada khutbah kedua ini, khatib mengajak kita semua termasuk diri khatib pribadi untuk senantiasa menjaga persaudaraan, menebarkan kasih sayang dan membangun persatuan. Hal ini bisa kita mulai dalam kehidupan sehari-hari melalui hal-hal yang sederhana.
Yang pertama adalah selalu tersenyum dan ceria dalam kehidupan kita. Senyum adalah sedekah, dan membahagiakan orang lain pun termasuk sedekah. Jika kita membiasakn diri untuk selalu tersenyum serta ceria saat bertemu orang lain, kita akan mudah menjalin persaudaraan dengan orang lain. Lain halnya apabila ekspresi wajah kita senantiasa cemberut, maka orang akan malas bergaul dengan kita. Nabi Muhammad saw. pernah ditegur oleh Allah swt. karena bermuka masam.
Yang kedua adalah jangan marah. Marah adalah sesuatu yang manusiawi, namun hendaknya kita mampu mengontrol emosi kita agar rasa marah tidak malah merugikan kita. Menurut Nabi Muhammad Saw, seorang yang kuat bukanlah yang memenangkan petandingan gulat, namun yang mampu mengendalikan amarahnya. Maka dalam Islam saat kita marah dianjurkan untuk berwudhu guna meredakan amarah kita. Jika kita sudah dapat mengelola emosi dengan baik, maka orang pun akan senang dengan kita dan persaudaraan akn mudah dibangun.
Yang ketiga maafkanlah orang lain. Sebagai manusia tentu kita tak mungkin luput dari kesalahan. Adakalanya kita yang berbuat salah kepada orang lain. Namun adakalanya orang lain yang berbuat salah kepada kita. Terhadap orang yang berbuat salah kepada kita, hendaknya kit memaafkannya. Jangan menyimpan dendam, karena menyimpan dendam berarti memelihara penyakit dalam tubuh kita.
Yang terakhir jadilah penengah dan damaikanlah apabila terjadi perselisihan. Konfik adalah sesuatu yang tak mungkin dihindari. Namun seperti halnya api, konflik bisa bermanfaat apabila api itu kecil, namun bisa merusak apabila api itu besar. Konflik menjadi baik apabila dikelola, namun menjadi malapetaka apabila dibiarkan. Tentu kondisi yang paling ideal adalah manakala konflik diakhir dengan perdamaian. Hal ini harus tetap kita usahkan walaupun mungkin sulit, namun di sanalah arti sebuah perjuangan.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيم. اَللهُمَّ أَعِزَّاْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُسْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ، اَللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَالْفِتَنِ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْن . َرَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِين. رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينٌ

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

Posting Komentar untuk "Ukhuwah sebagai Misi Kekhalifahan Manusia"